Selasa, 20 Desember 2011

Lawu : Pendakian Nekat yang Penuh Cerita

(naik  lewat Cemoro Kandang – turun  lewat Cemoro Sewu)

Hatiku bergemuruh...meronta..dan berontak
Tapi apa daya semuanya tak mungkin terulang lagi...
Puncak Lawu
Mendaki gunung adalah sesuatu yang kini  aku yakini sebagai panggilan jiwa. Sebagai pemula ini adalah hal yang berat, tapi dengan tekat yang kuat semua itu aku lakukan sesuai dengan impianku.  You Got a dream, you Gotta protect it.. well semuanya begitu aneh, aku benar-benar telah jatuh cinta pada Gunung. Berawal dari pendakian merapi pada bulan Oktober, dilanjutkan dengan Gede pada bulan NOvember, dan terakhir Lawu pada bulan Desember. Ckkk...3 bulan 3 gunung memang gilaaa...

Seperti pendakian Merapi, pendakian lawu ini aku rencanakan bersama anak-anak PALAGA terutama dengan Jo. Seperti pada pendakian Merapi pula, Pendakian Lawu adalah dari keinginan menggebuku..wkwk.  Aku merencanakan, Jo jadi Korlapnya...hhhh.  Pendakian ini berawal dari keinginan Deni yang mau ke sumbing tapi ternyata berdasarkan polling dari anggota PALAGA lainya terpilihnya Lawu sebagai tujuan pendakian.  Hem masih simpang siur mau kemana, dan kapan pendakian dilakukan.  Kemudian karena tidak ada tindakan tegas jadi mau tidak mau aku mulai merencanakan dan mengambil tindakan dengan mengumpulkan informasi perjalanan. Setelah itu aku kabari Jo sebagai KOrlap dan Leader disetiap pendakian PALAGA seminggu sebelum pendakian, dia OK bisa ikut, selanjutnya menghubungi Baskoro cs untuk menggalang peserta. Semua serba cepat dan asal-asalan, karena tidak ada satupun dari kami pernah mendaki lawu jadi bekal kami adalah kenekatan

Kamis, 15 Desember 2011 semuanya sudah begitu sempurna baik peserta maupun keputusan mau lewat jalur mana.  Walau agak menggelembung pesertanya tapi semua kita niati dengan wajah kenekatan,hhh. 
Wel ini dia pesertanya :
Old PALAGA : Aku, Amin, Jo, Upik, Deni, Pamungkas, and Baskoro
New PALAGA : Nur S arwan, John, Yuli, Aji kempet, Dono, Ryan, Unggul, Lutfi
Menunggu PRAMEK @ stasiun Lempuyangan
Jumat, 16 Desember 2011 kami berangkat dari stasium Lempungan jam 09.40 menggunakan PRAmek dengan tujuan Stasiun Balapan Solo. Ternyata  Banyak dari kita  yang belum pernah naik Kereta …lucu deh melihat mereka. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam kami mencari Bus menuju Tawangmangu. Untuk sampai ke tempat pemberhentian bus kami harus jalan terlebih dahulu sekitar 500 meter dari stasiun Balapan.  Sebenarnya kami semua tidak tahu tempatnya tapi untung saja ketemu orang yang baru kenal di kereta dan menawarkan bantuan karena ia juga akan ke Tawangmangu. Pukul 11.00 kami mendapatkan bus ke Tawangmangu, dan dengan sangat terpaksa cowok-cowok tidak bisa mengikuti sholat jum’at. Perjalanan Solo- Tawangmangu menggunakan bus ditempuh sekitar 2 jam, sesampainya di terminal Tawangmangu kami sudah dihadang para penjaja  jasa angkutan yang akan mengantarkan kami ke basecamp pendakian cemoro kandang atau cemoro sewu. 
Cemoro Kandang
PALAGA yang niatnya adalah kenekatan memilih cemoro kandang sebagai jalur pendakian yang dikenal sebagai jalur panjang dan memutar. Sebelumnya dari obrolan dengan PURPALA  (ini adalah grup PALA aneh sebelum PALAGA) menyarankan kami untuk lewat jalur cemoro sewu saja yang sudah jelas jalurnya karena kami belum pernah kesana demi keamanan dan kecepatan. Lagi-lagi karena suatu kenekatan untuk membuktikan bahwa kami dapat mendaki lewat cemoro kandang dan turun lewat cemoro sewu  dalam waktu 1 malan 2 hari kami tak mengindahkan saran itu. Hemm…sekitar pukul 14.00 kami sampai di cemoro kandang (1830 mdpl), dan segera setelah itu sholat dzuhur dan makan siang. 
Narsis di basecamp
Ketika sampai kami sempat kuatir karena hujan gerimis turun dengan intensitas sedang, tapi syukulah gerimis tersebut kemudian reda. Setelah sholat ashar, sekitar pukul 16.00 akhirnya pendakianpun dimulai, tapi sebelumnya kita harus terlebih dahulu mendaftar dan membayar restribusi sebesar 6 ribu rupiah. Wkwk…perjalanan ini merupakan pendakian pertama bagi beberapa teman seperti John, Sarwan, Aji, dan Ryan. Hemm..semoga mereka tidak kapok ya..!!! Sempat lucu juga melihat mereka ketika mendaki seperti john yang memakai tas distro bukannya carrier untuk pendakian dan Ryan yang sudah berpakaian hangat super lengkap dari jaket yang berlapis hingga masker dan kaus tangan ketika mau jalan, hheeh..yah baru beberapa menit jalan sudah kepanasan dia.
Pos satu : Taman sari Bawah
Perjalanan sore hari ini kita awali dengan doa agar kita semua selamat hingga kembali nanti. Amin…langkah-langkah kami terbilang lambat dan santai, walo begitu tetap berfokus pada tujuan. Jargon kami ketika jalan ,hehe terutama buat si buyung Upik ML-ML kepanjangan dari mlaku leren-mlaku leren (jalan-istirahat). Sekitar satu jam kemudian yaitu pukul 17.00 sampai juga di post pertama yaitu Taman Sari Bawah (2300 mdpl).  Perjalanan dilanjutkan menuju post ke 2 dengan intensitas yang tetap lambat namun menyenangkan. Suasana sore kami nikmati ketika sinar mentari mulai keperanduannya menyajikan pemandangan sunset yang indah, namun tiba-tiba tercium bau belerang dari sebuah kawah  lama lawu. Heheh…hayao siapa yang kentut?  Akhirnya kitapun sampai Post dua  sekitar pukul 19.00.  HHMmmm…selanjutnya malam mulai turun, senterpun telah disiapkan untuk menembus gelapnya malam di tengah hutan kaki gunung lawu. Harum semerbak kemenyan di post dua tidak kami hiraukan..karena tujuan selanjutkan kami adalah post tiga yang cukup panjang.
Perjalanan sore menuju pos 2
Well memang benar kalau trek di Cemoro Kandang landai dan memutar memutar cukup panjang. Perjalanan tersebut bagaikan memutari gunung ini, post tiga tidak kunjung pula kita temui padahal perut sudah menuntut makan malam, mata berharap untuk segera dipejamkan, dan kaki ingin segera diistirahatkan. Perjalanan semakin lambat dengan beberapa teman yang mulai merasakan kram kaki. YEAh..tapi untung saja pemandangan malam membuat kami tak berhenti memuji kebesaran Allah. Subhannallah…di tepian jurang kami dapat melihat bintang atas dan bintang bawah, Bintang bawah adalah pemandangan sinar lampu kota di bawah gunung, sedangkan bintang atas adalah bintang sesungguhnya yang ada di langit. Selain itu di batas cakrawala beberapa kilat terlihat jelas, menggambarkan bahwa kota di bawah sedang hujan lebat…semakin tinggi kita berjalan, semakin luas jangkauan pemandangan kota yang terlihat..entalah ketika menikmatinya seakan lelah ini tidak artinya.
Masak makan malam di pos tiga
Hem..perasaan kami belum bertemu satu rombonganpun yang mendaki lawu pada malam tersebut dan akhirnya ketika menuju post tiga inilah kami bertemu dengan satu-satu  rombongan pendaki selain kami pada malam itu. Post tiga masih lamakah? Kami sungguh sudah sangat kelaparan?? Hehe seperti itulah keadaan kami ketika itu dan sekitar pukul 22.00 post tiga terselesaikan.  Segera kami membuat perapian untuk membuat mie, makan malam yang disajikan bersama lontong yang telah kami bawa sebelumnya. Di post tiga pula kami sholat magrib yang dijamak dengan isya’. Ada hal menarik yaitu kita bertemu lagi dengan rombongan pendaki yang sebelumnya telah kita temui di jalan,..kkk, yeah ternyata mereka rombongan aneh, bapak-bapak separuh baya yang mendaki tanpa perlengkapan lengkap dengan satu personil sakit gagal ginjal. Lebih nekat dari PALAGA aku rasa…, mereka meminjam alat masak dan kamipun harus menunggu mereka sampai selesai, di waktu menunggu itu pula kami tahu kalo bapak-bapak ini adalah semacam kelompok kritis anti pemerintah yang meramalkan akan adalanya chaos di tahun 2012..kudeta militer dll, waduh..di gunung malah ngomong politik nih kita-kita.hrrrr…Pukul 23.00 kita melanjutkan perjalanan menuju post empat yang tidak terlalu jauh namun cukup menanjak. Aku sudah  sangat lemah ketika itu, ingin rasanya segera sampai dan istirahat, aku sungguh sudah berada pada titik kelelahan yang tidak dapat ditolelir dan  pukul 01.30 kami akhirnya sampai di pos empat Cokrosuryo (3025 mdpl), langsung deh kami semua ba-bi-bu mengelar matras, dan masuk ke SB masing-masing tanpa mendirikan tenda, karena sudah ada semacam gubuk yang mampu melindungi kami dari angin dan hujan.
Pos empat tempat kita tidur
Tidur…tidur..waoww tidurku tidak tenang karena oksigen yang tipis di ketinggian, aku sesak nafas…perutku mual..what happen ?? hiks,,,ternnyata aku sakit dan ketika pagi datang akupun tidak bisa melanjutkan ke puncak hargo dumilah (3265 mdpl), yeh..aku hampir pingsan ketika itu..eh gak ding,,sudah pingsan ya kyaknya. Hehe walo begitu aku cukup senang karena ada Jo dan amin yang membantuku.  Jo terutama menungguku tidur dulu dan akhirnya meninggalkanku yang tertidur untuk mencapai puncak dengan berlari (haduh..ni baik ato kejam ya? Kok aku ditinggal ?). Setidaknya hanya 3 orang yang yang gak sampai puncak dari 15 pendaki PALAGA. Sarwan yang sakit sesak nafas dan menghirup asap lilin sebagai obatnya ternyata juga mampu ke puncak sendirian, anak ini benar-benar semangat bukan hanya ketika mencapai puncak tapi juga ketika menghirup lilin, wwkkk. Yeah bahkan Ryan juga mampu mencapi puncak walo salah minum diapet untuk obat pusingnya dan terindentifikasi kalo balunge wis entek..hehheh ada2 aja ni anak.
Padang sabana  di pos empat
Sekitar pukul 09.00 yang mendaki puncak sudah sampai lagi di pos empat dan kamipun masak sarapan ala gunung yang super lezat, adapun menunya adalah sarden yang dihancurkan  kemudian dicampur dengan mie rebus (bumbu mie goreng juga masuk) dengan sedikit tambahan sosis..yumie..makanan awul-awul yang rasanya super uenak, sebagai pengganti nasi kami gunakan roti tawar yang kita celupkan kedalam kuah mie. Huek….kalo gak di gunung makanan seperti itu gak bakalan ditemui deh. Mau..!!!?? ayo naik gunung dong..wkwkkw. setelah sarapan kita bertemu lagi  dengan  rombongan bapak-bapak  aneh  itu lagi dan tentu saja pinjam perlengkapan masak kami lagi untuk membuat sarapan mereka. 

Pemandangan dari atas "awan yang bergumpal-gumpal"
Yeah padahal  ketika itu  kami sudah bersiap packing lho, tapi kita sebagai pendaki yang baik harus saling bantu-membantu bukan? Ternyata terusutlah bahwa bapak-bapak itu hanya membawa satu slot rokok +korek, seplastik kacang asin yang cukup besar, mie rebus, dan kopi tanpa alat pemasak. Sleeping Bag dan matras mereka tidak bawa, yang mereka gunakan sebagai alas tidur adalah mantol  dan selimutnya adalah sarung., senter dan minuman pun hanya terbatas..karena sempat waktu di pos tiga mereka pinjam senter kami…Hadewhhh…..
Packing sebelum turun 
Tepat pukul 10.00 kami melanjutkan perjalanan untuk pulang yaitu turun lewat Cemoro Sewu. Bagi teman-teman yang sudah sampai puncak ini seperti mengulangi perjalanan yang tadi ketika mau muncak.  Well memang terlihat tidak efektif, tapi bagiku perjalanan ini cukup menyenangkan karena memberiku gambaran kalo mau muncak. Aku melewati jalan menuju puncak yang mungkin hanya ditempuh 10 menit  dari tempat kami istirahat menunggu sarwan yang muncak sendirian karena tadi sakit., aku cukup menyesal juga kenapa pula aku tidak bisa seperti sarwan..aku dapat naik..sendiri, tapi aku terlalu lemah untuk mengalahkan egoku :’(. Ketika itu kami bertemu dengan teman baru yang ternyata adalah teman JO dan Amin, wkwk namanya adalah Budi, dia mendaki lawu sendirian untuk menyusul JO yang sebelumnya sudah mengajaknya naik bersama, namun karena suatu sebab ia tidak bisa..dan tanpa diduga ia menyusul kami. Huebat benar si Budi ini yang ternyata sudah mendaki seluruh gunung di pulau Jawa. Sejak itu Perjalanan pulang  selalu bersama dengan dia ‘ si Budi yang tak terduga’, di jalur cemoro sewu ternyata ada banyak warung  dan penginapan berdiri, asik-asik…heran deh bagaimana bisa ada warung kayak begini. Seperti mall di tengah padang pasir..heeh.  Dalam  perjalanan turun gunung kami bertemu dengan banyak pendaki dari berbagai wilayah dan universitas. Yeah darisini  aku tau memang kebanyakan pendaki lebih memilih jalur Cemoro Sewu daripada Cemoro Kandang, pantesan sepi amat kalo lewat Cemoro Kandang.
JO bersama dua pendaki aneh
Perjalanan mendaki lawu akhirnya berakhir. Kami semua sampai basecamp Cemoro Sewu pukul 16.00. setelah sholat dan makan kamipun pulang menuju Jogja. Moda transportasi yang kami gunakan dari basecamp Cemoro Sewu – Stasiun Balapan adalah angkot yang mengantar kami naik. Bapak supir Angkot tersebut sebelumnya telah kami mintai no telpon dan melobinya untuk mau mencarterkan angkotnya untuk kami. Yeah target sampai jogja sabtu malam dapat terlaksana..
15 Anggota PALAGA yang mendaki LAWU
Ini dia kronologis perjalanan kami (dengan waktu yang agak dikira-kira soalnya gak dicatat)
09.40 – 10.40 : Stasiun Lempuyangan – Solo Balapan  ( Rp 10.000,- )
11.00 – 13.00 : Solo – Tawangmangu (Rp 7.000,- )
13.00 – 13.30 : Tawangmangu – Cemoro Kandang (Rp 8.000,-)
15. 50 – 17.00 : Cemoro Kandang – pos 1 ( Rp 6.000,-)
17.00 – 19.00 : pos 1 – pos 2
19.30 – 22.00 : pos 2 – pos 3
23.00 – 01.00 : pos 3 – pos 4
06.00 – 07.00 : pos 4 – pos 5 (puncak)
08.00 – 09.00 : pos 5 – pos 4
10.00 – 11.30 : pos 4 – warung puncak lawu
12.30 – 16.00 : warung – cemoro sewu
16.30 – 18.30 : Cemoro Sewu – Stasiun Solo Balapan (Rp 15.000,-)
19.30 – 20.30 :  Stasiun Solo Balapan – Lempuyangan ( Rp 10.000,-)
He,,,…tertarik mencoba, yeh seminggu kemudian ada berita mengenai seorang pendaki yang tewas di puncak lawu. Pendaki tersebut dari Unnes yang mendaki pada tanggal 16 Desember 2011 dan ditemukan pada tanggal 23 desember 2011. Sungguh menakutkan karena itu sama waktuya dengan pendakian yang PALAGA lakukan mungkin hanya beda jalurnya saja dan mungkin saja kami bertemu ketika turun lewat Cemoro Sewu.  Kunci dalam pendakian itu hanya satu yaitu tidak sombong, so selalu menyiapkan pendakian dengan semaksimal mungkin..JANGAN SOMBONG..karena sekuat apapun kita, kita tidak bisa melawan kehendak alam..tapi jangan takut mendaki gunung karena kematian tidak dapat dapat dipercepat dengan mendaki gunung, namun tidak pula dapat diperlambat dengan tidak mendaki gunung..WauAllahhu Alam

7 komentar:

  1. huasik...yan..ayo kita buat cerita lagi..di merbabu

    BalasHapus
  2. yang paling menarik yaitu padang luas sabana-nya yang sedingin lawu,,h

    BalasHapus
  3. di merbabu ada padang luas sabana juga ya min?

    BalasHapus
  4. at merbabu, kurang begitu tau,,he h, dulu ndakinya sambil merem-merem,he h

    BalasHapus
  5. huhu...ayo min kamu kesana lagi yuk...

    BalasHapus
  6. Gara mendaki gunung Lawu q hampir saja mati kerna kehabisa oksigen,,,
    hahahaaa,,,,,,,

    BalasHapus