Senin, 30 Januari 2012

Menikmati Keindahan Pantai sekaligus Air terjun di Jogan Beach

Liburan memang telah menjadi rutinitasku setiap minggu, tak terkecuali Minggu ini. Sebagai mahasiswa tingkat akhir tentu punya banyak waktu luang yang sayang bila tidak digunakan sebaik mungkin. yah walo bisa dibilang penggunaan waktuku selama ini hanya sebatas liburan dan mencari pengalaman mengeksplor tempat-tempat baru yang belum terlalu terkenal. Liburanku selalu mencari tempat baru yang mengesankan kalau bisa sambil berpetualang. Akhir-akhir ini aku telah banyak berpetualang menjelajah gunung hingga lupa untuk ke Pantai. Gunung dan Pantai adalah dua tempat yang sering aku eksplor bersama teman-teman, dan kali ini aku menjelajah salah satu pantai yang relatif baru dan belum teridentifikasi oleh peta. 

Amizing Water Fall

Sebelum Perjalanan….
Semua Hari buatku adalah Holiday…terlalu berlebihan memang tapi akhir-akhir ini tanpa aku sadari aku telah menghabiskan hariku selama 2 minggu untuk bersenang-senang  dan liburan. Tanpa sadar dan baru sadar ketika uang di dompet sudah hampir kandas.  Yah  mau apa lagi semua perlu pengorbanan bukan? Uangku tidak aku gunakan untuk membeli barang (Shopping) tapi untuk membeli pengalaman. Pengalaman itu tidak akan luntur oleh waktu karena akan terkenang dan mengkarat di memori otak kita hingga tua nanti, yah apalagi dengan menulisnya di blog semacam ini.   Hem tidak hanya  itu dengan menulisnya kita bisa berbagi  pengalaman dengan orang lain entah dimana mereka berada.  Pengalamanku memang tidak seberharga milik para Blogger yang telah melitas benua dan samudra tapi aku yakin pengalaman ini cukup berharga bagiku dan anak cucuku kelak…ceile. Waduh malah melencong baget dari judul..yowis kalian penasaran kan?  Dimana Pemandangan Indah itu bisa kita saksikan??
Deburan ombak pantai Jogan
Cerita ini berawal dari seorang teman yang mempost sebuah link web tentang pantai sekaligus air terjun di Facebook grup mecarica (grup kelas). Post yang cukup menarik dan mengundang rasa penasaran teman-teman untuk menyambanginya, termasuk aku yang gila main-main ini. Tidak perlu dipastikan secara ilmiah kebanyakan teman-temanku itu adalah pecinta Travelling yang langsung gatal kalo ada tempat baru yang menarik apalagi kalau masih disekitar provinsi DIY.  Tidak perlu dicarikan Hipotesis pula bahwa aku akan kesana tanpa mereka ataupun bersama mereka, heheh…alasannya karena Pantai ini terletak di Kabupaten tercintaku Gunungkidul. Seperti layaknya seorang Putri Gunungkidul…(putri !!! tidak perlu dikaji ulang) harus barang mesti lebih tahu dan paham akan potensi wilayahnya, jadi sebisa mungkin aku harus kesana terlebih dahulu sebelum teman-teman. Apalagi sudah dipastikan bahwa tidak seorangpun tahu dimana tepatnya letak pantai misterius itu.
Tebing curam pantai JOgan
Keinginan menggebuku untuk segera kesana ternyata tidak menunggu lama untuk direalisasikan. Semuanya tidak direncanakan alias tiba-tiba. Ketika itu Sabtu kelabu dengan mendung mengantung di  seluruh langit Jogja. Aku yang ketika itu dirundung kesedihan karena gagal mendaki Merbabu bersiap pulang  kampung bersama Ana naik sepeda motor. Semula aku mengira akan terus membonceng Ana sampai rumah tapi ternyata hanya sampai di piYungan alias di kaki bukit Gunungkidul, kenapa??? Karena ada Nevi teman satu kelasnya Ana yang mau main kerumahnya Ana. Nevi belum terbiasa mendaki bukit yang berliku dengan kuda besi jadi alternatifnya aku pake montor Ana sedangnya Ana boncengin Nevi pake montornya Nevi..(rempong deh kkkk). Ana sebagi tuan rumah yang baikpun merasa berkewajiban mengenalkan potensi wisata Gunungkidul yang eksotis itu pada temannya, apalagi kalau bukan pantainya. Hihihi
Awan mendung menggantung 
Ana sang tuan Rumah mengajaku untuk menemaninya berwisata bersama Nevi agar lebih ramai itulah intinya dari penjelasan panjang lebar tadi.  Well…sebenarnya kami bosan juga harus main ke pantai..yah pantai lagi..pantai lagi paling juga cuma itu dan itu. Dan jreng-jreng-jreng aku ingat dan langsung kuberitahukan ke Ana kalo ada pantai yang perlu kita eksplor karena konon ceritanya pantai ini sangat indah dan unik. Unik kerana ada air terjunya yang  airnya langsung jatuh ke laut…Promosiku yang gencar itu akhirnya disetujui oleh Ana. Ahay…aku langsung ingat..hehe, aku belum tahu tempatnya. Setelah itu aku buka Fb grup mecarica, di sebuah coment ada informasi link tentang tempat itu, aku buka linknya dan OMG ternyata itu blognya teman SMP ku namanya Cahya. Aku cari no HPnya di kolong jembatan hingga saku jaketku dan eng-Ing-eNg aku temukan letak pantai misterius itu. Hemmmm …dunia memang sempit di jaman informasi ini.
Perjalanan………
Aku rasa pembukanya cukup panjang..buat kalian yang penasaran langsung baca paragraf ini saja..
Minggu siang setelah melepas ayah keperantauan aku bersama mega langsung capcus ke rumah Ana. Pukul 14.45 kami (aku,ana, mega, and nevi) berangkat menuju pantai misterius itu dari rumah Ana.  Hem dari informasi yang di berikan Cahya pantai misterus itu ternyata bernama Pantai Jogan. Pantai Jogan terletak di desa Purwodadi kecamatan Tepus , kabupaten Gunungkidul. Sebenarnya tidak sulit menemukan pantai ciamik ini walaupun belum tertulis di papan-papan penunjuk jalan, karena pantai ini searah dengan pantai Siung. Pantai Siung sudah cukup terkenal dan sudah tertulis secara jelas di setiap papan penunjuk jalan menuju pantai. Karena rumah Ana di Semanu, kamipun berangkat lewat Semanu bukan wonosari yang merupakan jalur utama. Tapi bila para wisatawan berkunjung dari Jogja maka lebih tepat lewat jalan dari kota Wonosari. Beda ke dua jalan ini adalah keramaian lalulintasnya, bila lewat jalan semanu kita akan banyak melewati ladang dan bukit-bukit kapur tak berpenghuni, sedangkan bila lewat jalan Wonosari kita akan lebih banyak melewati rumah-rumah penduduk.  Selain itu papan penunjuk jalan kebanyakan menghadap arah dari Wonosari jadi lebih mudah untuk menemukan lokasi yang akan kita tuju. Kami 4 srikandi petulang bahkan sempat kebablasan  karena tidak membaca penunjuk jalan yang hanya menghadap ke arah barat bukan ke timur (semanu dari timur, wonosari dari barat)
Air terjun yang langsung jatuh ke laut lepas
Selama perjalanan kami sempat beberapa kali bertanya memastikan letak pantai Jogan karena memang kami takut bila nyasar terlalu jauh apalagi hari sudah sore. Ketakutan kami ternyata tidaklah terbukti karena sebenarnya letaknya sangat mudah dijangkau asal tahu letak pantai Siung, dan kami semua tahu dimana pantai Siung itu (Red : selain Nevi).  Pantai Jogan ternyata berada satu deret dengan pantai Siung jadi TPRnya pun menjadi satu. Entah karena sudah sore atau karena perubahan UU mengenai peniadaan restribusi pantai, kami langsung lolos  masuk TPR dengan tidak membayar karena di pos tersebut sudah tidak ada lagi penjaga.  Setelah bebera menit berjalan dari pos TPR kita akan menemui pertigaan kecil  yang bila lurus ke Pantai siung dan bila belok kanan akan ke pantai Jogan.  Tidak perlu risau mau pilih pertigaan yang mana asal ada tanda kayu sederhana berbentuk anak panah bertulis pantai Jogan maka kita tinggal mengikutinya.

Jalan setelah melewati tanda anak panah itu cukup sederhana, karena bukan dari aspal namun cuma jalan setapak dari semen yang dibuat untuk jalan mobil.  Setelah beberapa menit kita akan sampai dan parkir disebuah gubuk yang telah disiapkan. Bisa kita kira-kira perjalanan dari semanu – pantai Jogan memakan waktu sekitar 45 menit, berarti kalau dari Jogja kira-kira memakan waktu  2 jam. 
Kesan pertama ketika melihat pantai ini adalah bingung karena langsung muncul pertanyaan mana pantainya? Kita ini di pantai tapi rasanya bukan pantai. Yah bisa aku gambarkan bahwa ketika itu kita berada di atas tebing yang dibawahnya langsung air laut dengan ombak yang berdebur mengerikan.  Mungkin pantai ini merupakan pantai yang tidak berpesisir, tidak ada ombak yang menghantam pasir putih dan tidak ada buih ombak yang dapat aku sentuh. Atau ini bukan Pantai tapi hanyalah pesisir yang menghadap laut lepas dengan tebingnya sebagai jalur tunjaman/tumbukan lempeng benua dan samudra. Hem..aku tidak tahu pasti karena aku bukan ahli geomorfologi Pantai.

Setelah beberapa saat beradaptasi dengan tempat yang baru, akhirnya kami melihat sebuah sungai kecil yang sejajar dengan tebing yang kami injak, ahay…pasti air sungai itu turun langsung ke laut dan membentuk water fall fenomenal itu.  Dan Waow..benar juga ketika kami agak turun menuruni tebing dan segera air terjun itu telihat jelas. Hem sebenarnya aku pengen banget turun untuk menikmati air terjun langsung dari bawah, tapi gelombang saat itu sedang tinggi dan sangat berbahaya bila kita harus turun, bisa-bisa tersapu ombak pantai selatan, ngeri kan??. Akhirnya kami menimati air terjun dari atas atau hanya bermain air dari sungai kecil sumber air terjun tersebut. 

Berada disana dengan alunan musik deburan ombak membuatku merasa menjadi mahkluk Tuhan yang kecil dan lemah karena apa yang aku lihat ketika itu adalah salah satu kebesaran-Nya. Angin berhembus keras membawa percikan-percikan air laut membasahi kami yang sedang berfoto ria, Percikan ini tidak kami rasakan di bawah water fall tapi malah di atasnya…ini sungguh pengalaman baru, karena biasanya kita akan terkena percikan air dari sebuah air terjun bila kita di bawah air terjun.hhhh. so its Amazing…Ombak berdebur, gemericik sungai, dan suara air yang menghatam batuan kita rasakan bersama.  Sungguh kaya tanah Gunungkidul..sungguh kaya Indonesiaku. Suatu saat aku akan mengekplormu Indonesia, ITU IMPIANKU.

Pantai Jogan pesonamu membuatku ingin menyiarkannya keseluruh dunia bahwa tidak perlu ke pulau jeju atau ke Amerika untuk menikmati air terjun yang langsung jatuh ke laut cukup ke Gunungkidul saja.  Yah,..Itu semua tidak perlu karena di sini , dimana aku dibesarkan aku sudah bisa menikmatinya, mungkin alirannya memang tidak sebesar yang ada disana tapi ini adalah bukti  bahwa Indonesia punya segalanya, keindahan alamnya.  Indonesia adalah Negara kepulauan sudah barang tentu punya banyak pantai dengan keindahan dan kekhasan masing-masing, mungkin suatu saat nanti kita dapat menemukan pantai dengan air terjun yang lebih besar…Ayo siapa mau mencarinya? bersamaku kita arungi mimpi-mimpi itu. Kkkk
4 Srikandi petualng...

……………
Setelah menikmati keindahan pantai Jogan kami 4 srikandi petualang memutuskan untuk segera pulang. Ketika itu waktu menujukan pukul 16.30 dan awan bergulung-gulung membawa mendung yang menandakan akan terjadii hujan lebat. Setelah membayar parkir sebesar Rp 3000,-/motor kami pun pulang dengan perasaan was-was karena melihat cuaca yang sepertinya akan mengganas. Karena sudah sore dan cuaca yang menghawatirkan maka diputuskan kami lewat jalan menuju kota Wonosari yang ramai dan lebih aman.



Selasa, 24 Januari 2012

WISATA KUDUS | Kota Kretek | Kota Sunan | Kota Santri

HAri Pertama 
Beragam jenis bungkus dan merek rokok kretek
 di Museum kretek KUDUS
Kudus adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang aku kunjungi untuk mengisi liburan semester di awal tahun 2012 ini. Pilihan jatuh ke kabupaten kecil ini karena disana aku bisa sekalian berkunjung di rumah sahabatku Icha. Well sebenarnya sih  tujuan utamaku adalah main kerumahnya. Berangkat hari selasa tanggal 11 Januari  pukul 14.30 menggunakan Bus Nusantara dari terminal Jombor dan sampai kota Kudus pukul 19.00 WIB. Ketika Kudus kita melakukan banyak perjalanan di hari pertama (hari rabu) seperti ke museum kretek, menara kudus, dan sungai Rahtawu.


Museum Kretek
Etalase yang memanerkan perkembangan rokok klobot
alat membuat lintingan rokok
Siapa yang tidak tahu kalau Kudus adalah kota kretek? semua harus tahu itu terutama para pecandu rokok. yah walau bisa dibilang tidak penting juga hhh, yang penting kan racunnya itu yang bisa mereka nikmati. Well tentunya para penggila rokok tidak asing dengan merek rokok Djarum Super bukan? Disanalah pabrik rokok terkenal itu berdiri dan berkembang. Selain itu masih banyak juga pabrik rokok disana seperti   PR SUKUN, PT Nojorono,  PR Jambu Bol, PR Pamor, PR Djanur Kuning, dan masih banyak pabrik rumahan lainnya. Tidak mengherankan karena Kudus adalah kota industri rokok pertama di Indonesia dan kota tempat lahirnya Rokok kretek, sehingga disana berdiri sebuah museum Kretek yang menampilkan sejarah perkembangan industri ini.  
miniatur cara tradisional membuat rokok klobot
Mesuem ini terbilang museum kecil walau begitu cukup memberi kita banyak informasi mengenai perkembangan rokok kretek yang notabene asli Indonesia ini. Kebanyakan yang kita temui adalah sejarah pendirian pabrik rokok dengan tokohnya bernama Ki Nitisemito. Kita juga jadi tahu beragam merek rokok dan bentuk kemasan rokok kretek dari dulu hingga sekarang. Di pabrik rokok ini pula kita dapat melihat berbagai alat tradisional untuk membuat rokok kretek dan foto -foto pendiri pabrik rokok besar di Kudus. 

rumah khas Kudus di komplek museum
Seperti layaknya museum kita selalu di hadapkan pada beragam benda -benda sejarah yang menarik namun juga membosankan. Mesum ini hanya terdiri dari satu ruangan untuk memajang benda -benda yang berhubungan dengan rokok tidak heran kita kemudain akan merasa bosan. Ya tapi tidak perlu kuatir di belakang museum tersedia water boom kecil untuk menyegarkan pikiran, atau melihat film dokumenter tentang rokok kretek  di ruang tersendiri yang ada di sebelah gedung utama. kalau aku sendiri lebih memilih melihat dan berfoto - foto di rumah adat kudus yang masih berada di komplek museum. Aku lebih memilihnya karena itu gratis dan tidak perlu membayar lagi..hhhhh



Menara Kudus

Setelah Puas main di Museum kretek aku dan icha melanjutkan ke tempat yang menjadi landmark kota Kudus, tentu tidak lain dan tidak bukan adalah Menara Kudus. Menara kudus ini didirikan oleh sunan Kudus dan disana kita juga bisa langsung ziarah ke makam Sunan Kudus . Menara Kudus merupakan menara yang untuk masjid kudus, yang jaman dulu di gunakan sebagai tempat muazin mengumandangkan andzan untuk memberitahukan bahwa waktu sholat telah tiba.  
Menara kudus "landmark" kota Kudus
Dijaman modern seperti sekarang, sudah ada speaker jadi menara ini tidak digunakan lagi dan pengunjung dilarang naik ke manara. Semua hal tersebut dilakukan untuk menjaga kelestarian menara yang sudah berumur tua.  Menara ini sendiri merupakan banguanan yang arsitekturnya masih berkiblat pada seni arsitektur Hindu sehingga bila kita melihatnya kita mungkin langsung mengartikan bahwa itu merupakan bangunan pura hindu seperti yang ada di Bali.
Anak -anak berpeci "santri" bermain di belakang menara kudus
Ketika disana aku dan icha tidak masuk ke komplek pemakaman kami hanya mampir dan sedikir berfoto - foto di depan menara. Pengunjung sejauh yang aku lihat selama disana  adalah para peziarah dari berbagai daerah di pelosok jawa. Jadi tempat wisata ini bisa digolongkan wisata religi, pengunjung kebanyakan  adalah ibu - ibu dan bapak -bapak yang sudah berkeluarga.  Komplek menara ternyata juga merupakan pesantren yang disan kita bisa menjumpai banyak anak kecil  berpeci usia SD yang melakukan bermacam -macam kegiatan seperti mengaji, waktu itu sepertinya sedang istirahat sehingga aku leih banyak melihat anak anak yang bermain bola disekitar komplek menara. 
menara kudus dan aku..hehhh

Sungai Rahtawu

Setelah berfoto - foto di Menara Kudus, kita melanjutkan perjalanan ke sungai Rahtawu, kita benar -benar menuju tempat yang agak jauh dari kota kudus kali ini. Sepanjang perjalanan membelah kota kudus yang mengesankan adalah suasana yang berbeda dari kota - kota lainnya. Bisa dibilang sepanjang jalan kita akan melihat banyak santri berpeci dan berkedung khas pesantren. Aroma Nyantri sangat terasa dan pemandangan itu membuat kita merasa aden anyem..hayah..islami g2 lah. setelah agak jauh berjalan dari kota kudus kita kemudian melihat pabrik2 rokok terutama pabrik rokok SUKUN. 
sungai rahtawu yang berbatu dan berarus deras

Perjalanan ke sungai Rahtawu ternyata cukup ekstrim, jalannya naik turun gunung dan berliku - liku. Jalannya itu berada di pinggir tebing dan dibawah kita jurang curam selain itu kondisi jalan sudah banyak yang berlubang dan sempit sehingga harus hati -hati ketika menyetir.  Rahtawu merupakan sungai yang bermata air gunung Muria. Sungainya sendiri merupakan sungai yang berbatu dan arusnya deras cocok sekali untuk rafting, tapi sayang sungai ini belum dikembangkan secara maksimal. Menurut pengamatanku harusnya ini sudah menjadi objek wisata yang potensial bila dikembangkan. Pemandangannya sangat indah, sungainya bening, dan suasana perdesaan terasa menyejukkan sayang bila dibiarkan begitu saja dan tidak banyak dinikmati. Apalagi disana juga ada petilasan , makam seorang wali yang aku lup namanya. 
Pemandangan alam pegunungan di sekitar rahtawu

Aku dan Icha bertualang sendirian
Setelah mengabadikan diri dan berfoto bersama icha kami akhirnya memutuskan pulang ke rumahnya. Petalangan kali ini cukup sudah...2 dara menembus terjalnya jalan berliku menuju rahtawu..hhhhh