(naik lewat Cemoro Kandang – turun lewat Cemoro Sewu)
Hatiku bergemuruh...meronta..dan berontak
Tapi apa daya semuanya tak mungkin terulang lagi...
|
Puncak Lawu |
Mendaki gunung adalah sesuatu yang kini aku yakini
sebagai panggilan jiwa. Sebagai pemula ini adalah hal yang berat, tapi dengan
tekat yang kuat semua itu aku lakukan sesuai dengan impianku. You Got a
dream, you Gotta protect it.. well
semuanya begitu aneh, aku benar-benar telah jatuh cinta pada Gunung. Berawal
dari pendakian merapi pada bulan Oktober, dilanjutkan dengan Gede pada bulan
NOvember, dan terakhir Lawu pada bulan Desember. Ckkk...3 bulan 3 gunung memang
gilaaa...
Seperti pendakian Merapi, pendakian lawu ini aku
rencanakan bersama anak-anak PALAGA terutama dengan Jo. Seperti pada pendakian
Merapi pula, Pendakian Lawu adalah dari keinginan menggebuku..wkwk. Aku
merencanakan, Jo jadi Korlapnya...hhhh. Pendakian ini berawal dari
keinginan Deni yang mau ke sumbing tapi ternyata berdasarkan polling dari
anggota PALAGA lainya terpilihnya Lawu sebagai tujuan pendakian. Hem
masih simpang siur mau kemana, dan kapan pendakian dilakukan. Kemudian
karena tidak ada tindakan tegas jadi mau tidak mau aku mulai merencanakan dan
mengambil tindakan dengan mengumpulkan informasi perjalanan. Setelah itu aku
kabari Jo sebagai KOrlap dan Leader disetiap pendakian PALAGA seminggu sebelum
pendakian, dia OK bisa ikut, selanjutnya menghubungi Baskoro cs untuk
menggalang peserta. Semua serba cepat dan asal-asalan, karena tidak ada satupun
dari kami pernah mendaki lawu jadi bekal kami adalah kenekatan
Kamis, 15
Desember 2011 semuanya sudah begitu
sempurna baik peserta maupun keputusan mau lewat jalur mana. Walau agak
menggelembung pesertanya tapi semua kita niati dengan wajah
kenekatan,hhh.
Old
PALAGA : Aku, Amin, Jo, Upik, Deni, Pamungkas, and Baskoro
New
PALAGA : Nur S arwan, John, Yuli, Aji kempet, Dono, Ryan, Unggul, Lutfi
|
Menunggu PRAMEK @ stasiun Lempuyangan |
Jumat, 16 Desember 2011
kami berangkat dari stasium Lempungan jam 09.40 menggunakan PRAmek dengan
tujuan Stasiun Balapan Solo. Ternyata
Banyak dari kita yang belum
pernah naik Kereta …lucu deh melihat mereka. Setelah menempuh perjalanan
sekitar satu jam kami mencari Bus menuju Tawangmangu. Untuk sampai ke tempat
pemberhentian bus kami harus jalan terlebih dahulu sekitar 500 meter dari
stasiun Balapan. Sebenarnya kami semua
tidak tahu tempatnya tapi untung saja ketemu orang yang baru kenal di kereta
dan menawarkan bantuan karena ia juga akan ke Tawangmangu. Pukul 11.00 kami
mendapatkan bus ke Tawangmangu, dan dengan sangat terpaksa cowok-cowok tidak
bisa mengikuti sholat jum’at. Perjalanan Solo- Tawangmangu menggunakan bus ditempuh
sekitar 2 jam, sesampainya di terminal Tawangmangu kami sudah dihadang para
penjaja jasa angkutan yang akan
mengantarkan kami ke basecamp pendakian cemoro kandang atau cemoro sewu.
|
Cemoro Kandang |
PALAGA
yang niatnya adalah kenekatan memilih cemoro kandang sebagai jalur pendakian
yang dikenal sebagai jalur panjang dan memutar. Sebelumnya dari obrolan dengan
PURPALA (ini adalah grup PALA aneh
sebelum PALAGA) menyarankan kami untuk lewat jalur cemoro sewu saja yang sudah
jelas jalurnya karena kami belum pernah kesana demi keamanan dan kecepatan.
Lagi-lagi karena suatu kenekatan untuk membuktikan bahwa kami dapat mendaki
lewat cemoro kandang dan turun lewat cemoro sewu dalam waktu 1 malan 2 hari kami tak
mengindahkan saran itu. Hemm…sekitar pukul 14.00 kami sampai di cemoro kandang
(1830 mdpl), dan segera setelah itu sholat dzuhur dan makan siang.
|
Narsis di basecamp |
Ketika
sampai kami sempat kuatir karena hujan gerimis turun dengan intensitas sedang,
tapi syukulah gerimis tersebut kemudian reda. Setelah sholat ashar, sekitar
pukul 16.00 akhirnya pendakianpun dimulai, tapi sebelumnya kita harus terlebih
dahulu mendaftar dan membayar restribusi sebesar 6 ribu rupiah. Wkwk…perjalanan
ini merupakan pendakian pertama bagi beberapa teman seperti John, Sarwan, Aji,
dan Ryan. Hemm..semoga mereka tidak kapok ya..!!! Sempat lucu juga melihat
mereka ketika mendaki seperti john yang memakai tas distro bukannya carrier
untuk pendakian dan Ryan yang sudah berpakaian hangat super lengkap dari jaket
yang berlapis hingga masker dan kaus tangan ketika mau jalan, hheeh..yah baru
beberapa menit jalan sudah kepanasan dia.
|
Pos satu : Taman sari Bawah |
Perjalanan
sore hari ini kita awali dengan doa agar kita semua selamat hingga kembali
nanti. Amin…langkah-langkah kami terbilang lambat dan santai, walo begitu tetap
berfokus pada tujuan. Jargon kami ketika jalan ,hehe terutama buat si buyung
Upik ML-ML kepanjangan dari mlaku
leren-mlaku leren (jalan-istirahat). Sekitar satu jam kemudian yaitu pukul
17.00 sampai juga di post pertama yaitu Taman Sari Bawah (2300 mdpl). Perjalanan dilanjutkan menuju post ke 2
dengan intensitas yang tetap lambat namun menyenangkan. Suasana sore kami
nikmati ketika sinar mentari mulai keperanduannya menyajikan pemandangan sunset
yang indah, namun tiba-tiba tercium bau belerang dari sebuah kawah lama lawu. Heheh…hayao siapa yang kentut? Akhirnya kitapun sampai Post dua sekitar pukul 19.00. HHMmmm…selanjutnya malam mulai turun,
senterpun telah disiapkan untuk menembus gelapnya malam di tengah hutan kaki
gunung lawu. Harum semerbak kemenyan di post dua tidak kami hiraukan..karena
tujuan selanjutkan kami adalah post tiga yang cukup panjang.
|
Perjalanan sore menuju pos 2 |
Well
memang benar kalau trek di Cemoro Kandang landai dan memutar memutar cukup
panjang. Perjalanan tersebut bagaikan memutari gunung ini, post tiga tidak
kunjung pula kita temui padahal perut sudah menuntut makan malam, mata berharap
untuk segera dipejamkan, dan kaki ingin segera diistirahatkan. Perjalanan
semakin lambat dengan beberapa teman yang mulai merasakan kram kaki. YEAh..tapi
untung saja pemandangan malam membuat kami tak berhenti memuji kebesaran Allah.
Subhannallah…di tepian jurang kami dapat melihat bintang atas dan bintang
bawah, Bintang bawah adalah pemandangan sinar lampu kota di bawah gunung,
sedangkan bintang atas adalah bintang sesungguhnya yang ada di langit. Selain
itu di batas cakrawala beberapa kilat terlihat jelas, menggambarkan bahwa kota
di bawah sedang hujan lebat…semakin tinggi kita berjalan, semakin luas
jangkauan pemandangan kota yang terlihat..entalah ketika menikmatinya seakan
lelah ini tidak artinya.
|
Masak makan malam di pos tiga |
Hem..perasaan
kami belum bertemu satu rombonganpun yang mendaki lawu pada malam tersebut dan
akhirnya ketika menuju post tiga inilah kami bertemu dengan satu-satu rombongan pendaki selain kami pada malam itu.
Post tiga masih lamakah? Kami sungguh sudah sangat kelaparan?? Hehe seperti
itulah keadaan kami ketika itu dan sekitar pukul 22.00 post tiga terselesaikan. Segera kami membuat perapian untuk membuat
mie, makan malam yang disajikan bersama lontong yang telah kami bawa
sebelumnya. Di post tiga pula kami sholat magrib yang dijamak dengan isya’. Ada
hal menarik yaitu kita bertemu lagi dengan rombongan pendaki yang sebelumnya
telah kita temui di jalan,..kkk, yeah ternyata mereka rombongan aneh,
bapak-bapak separuh baya yang mendaki tanpa perlengkapan lengkap dengan satu
personil sakit gagal ginjal. Lebih nekat dari PALAGA aku rasa…, mereka meminjam
alat masak dan kamipun harus menunggu mereka sampai selesai, di waktu menunggu
itu pula kami tahu kalo bapak-bapak ini adalah semacam kelompok kritis anti
pemerintah yang meramalkan akan adalanya chaos di tahun 2012..kudeta militer
dll, waduh..di gunung malah ngomong politik nih kita-kita.hrrrr…Pukul 23.00
kita melanjutkan perjalanan menuju post empat yang tidak terlalu jauh namun cukup
menanjak. Aku sudah sangat lemah ketika
itu, ingin rasanya segera sampai dan istirahat, aku sungguh sudah berada pada
titik kelelahan yang tidak dapat ditolelir dan
pukul 01.30 kami akhirnya sampai di pos empat Cokrosuryo (3025 mdpl),
langsung deh kami semua ba-bi-bu mengelar matras, dan masuk ke SB masing-masing
tanpa mendirikan tenda, karena sudah ada semacam gubuk yang mampu melindungi
kami dari angin dan hujan.
|
Pos empat tempat kita tidur |
Tidur…tidur..waoww
tidurku tidak tenang karena oksigen yang tipis di ketinggian, aku sesak
nafas…perutku mual..what happen ?? hiks,,,ternnyata aku sakit dan ketika pagi
datang akupun tidak bisa melanjutkan ke puncak hargo dumilah (3265 mdpl),
yeh..aku hampir pingsan ketika itu..eh gak ding,,sudah pingsan ya kyaknya. Hehe
walo begitu aku cukup senang karena ada Jo dan amin yang membantuku. Jo terutama menungguku tidur dulu dan
akhirnya meninggalkanku yang tertidur untuk mencapai puncak dengan berlari
(haduh..ni baik ato kejam ya? Kok aku ditinggal ?). Setidaknya hanya 3 orang
yang yang gak sampai puncak dari 15 pendaki PALAGA. Sarwan yang sakit sesak
nafas dan menghirup asap lilin sebagai obatnya ternyata juga mampu ke puncak
sendirian, anak ini benar-benar semangat bukan hanya ketika mencapai puncak
tapi juga ketika menghirup lilin, wwkkk. Yeah bahkan Ryan juga mampu mencapi
puncak walo salah minum diapet untuk obat pusingnya dan terindentifikasi kalo balunge wis entek..hehheh ada2 aja ni
anak.
|
Padang sabana di pos empat |
Sekitar
pukul 09.00 yang mendaki puncak sudah sampai lagi di pos empat dan kamipun
masak sarapan ala gunung yang super lezat, adapun menunya adalah sarden yang
dihancurkan kemudian dicampur dengan mie
rebus (bumbu mie goreng juga masuk) dengan sedikit tambahan
sosis..yumie..makanan awul-awul yang rasanya super uenak, sebagai pengganti
nasi kami gunakan roti tawar yang kita celupkan kedalam kuah mie. Huek….kalo
gak di gunung makanan seperti itu gak bakalan ditemui deh. Mau..!!!?? ayo naik
gunung dong..wkwkkw. setelah sarapan kita bertemu lagi dengan
rombongan bapak-bapak aneh itu lagi dan tentu saja pinjam perlengkapan
masak kami lagi untuk membuat sarapan mereka.
|
Pemandangan dari atas "awan yang bergumpal-gumpal" |
Yeah padahal ketika itu kami sudah bersiap packing lho, tapi kita
sebagai pendaki yang baik harus saling bantu-membantu bukan? Ternyata
terusutlah bahwa bapak-bapak itu hanya membawa satu slot rokok +korek,
seplastik kacang asin yang cukup besar, mie rebus, dan kopi tanpa alat pemasak.
Sleeping Bag dan matras mereka tidak bawa, yang mereka gunakan sebagai alas
tidur adalah mantol dan selimutnya
adalah sarung., senter dan minuman pun hanya terbatas..karena sempat waktu di
pos tiga mereka pinjam senter kami…Hadewhhh…..
|
Packing sebelum turun |
Tepat
pukul 10.00 kami melanjutkan perjalanan untuk pulang yaitu turun lewat Cemoro
Sewu. Bagi teman-teman yang sudah sampai puncak ini seperti mengulangi
perjalanan yang tadi ketika mau muncak.
Well memang terlihat tidak efektif, tapi bagiku perjalanan ini cukup
menyenangkan karena memberiku gambaran kalo mau muncak. Aku melewati jalan
menuju puncak yang mungkin hanya ditempuh 10 menit dari tempat kami istirahat menunggu sarwan
yang muncak sendirian karena tadi sakit., aku cukup menyesal juga kenapa pula
aku tidak bisa seperti sarwan..aku dapat naik..sendiri, tapi aku terlalu lemah
untuk mengalahkan egoku :’(. Ketika itu kami bertemu dengan teman baru yang
ternyata adalah teman JO dan Amin, wkwk namanya adalah Budi, dia mendaki lawu
sendirian untuk menyusul JO yang sebelumnya sudah mengajaknya naik bersama,
namun karena suatu sebab ia tidak bisa..dan tanpa diduga ia menyusul kami. Huebat
benar si Budi ini yang ternyata sudah mendaki seluruh gunung di pulau Jawa.
Sejak itu Perjalanan pulang selalu
bersama dengan dia ‘ si Budi yang tak terduga’, di jalur cemoro sewu ternyata
ada banyak warung dan penginapan
berdiri, asik-asik…heran deh bagaimana bisa ada warung kayak begini. Seperti
mall di tengah padang pasir..heeh.
Dalam perjalanan turun gunung
kami bertemu dengan banyak pendaki dari berbagai wilayah dan universitas. Yeah
darisini aku tau memang kebanyakan
pendaki lebih memilih jalur Cemoro Sewu daripada Cemoro Kandang, pantesan sepi
amat kalo lewat Cemoro Kandang.
|
JO bersama dua pendaki aneh |
Perjalanan
mendaki lawu akhirnya berakhir. Kami semua sampai basecamp Cemoro Sewu pukul
16.00. setelah sholat dan makan kamipun pulang menuju Jogja. Moda transportasi
yang kami gunakan dari basecamp Cemoro Sewu – Stasiun Balapan adalah angkot
yang mengantar kami naik. Bapak supir Angkot tersebut sebelumnya telah kami
mintai no telpon dan melobinya untuk mau mencarterkan angkotnya untuk kami.
Yeah target sampai jogja sabtu malam dapat terlaksana..
|
15 Anggota PALAGA yang mendaki LAWU |
Ini
dia kronologis perjalanan kami (dengan waktu yang agak dikira-kira soalnya gak
dicatat)
09.40
– 10.40 : Stasiun Lempuyangan – Solo Balapan
( Rp 10.000,- )
11.00
– 13.00 : Solo – Tawangmangu (Rp 7.000,- )
13.00
– 13.30 : Tawangmangu – Cemoro Kandang (Rp 8.000,-)
15.
50 – 17.00 : Cemoro Kandang – pos 1 ( Rp 6.000,-)
17.00
– 19.00 : pos 1 – pos 2
19.30
– 22.00 : pos 2 – pos 3
23.00
– 01.00 : pos 3 – pos 4
06.00
– 07.00 : pos 4 – pos 5 (puncak)
08.00
– 09.00 : pos 5 – pos 4
10.00
– 11.30 : pos 4 – warung puncak lawu
12.30
– 16.00 : warung – cemoro sewu
16.30
– 18.30 : Cemoro Sewu – Stasiun Solo Balapan (Rp 15.000,-)
19.30
– 20.30 : Stasiun Solo Balapan – Lempuyangan
( Rp 10.000,-)
He,,,…tertarik
mencoba, yeh seminggu kemudian ada berita mengenai seorang pendaki yang tewas
di puncak lawu. Pendaki tersebut dari Unnes yang mendaki pada tanggal 16
Desember 2011 dan ditemukan pada tanggal 23 desember 2011. Sungguh menakutkan
karena itu sama waktuya dengan pendakian yang PALAGA lakukan mungkin hanya beda
jalurnya saja dan mungkin saja kami bertemu ketika turun lewat Cemoro
Sewu. Kunci dalam pendakian itu hanya
satu yaitu tidak sombong, so selalu menyiapkan pendakian dengan semaksimal
mungkin..JANGAN SOMBONG..karena sekuat apapun kita, kita tidak bisa melawan
kehendak alam..tapi jangan takut mendaki gunung karena kematian tidak dapat
dapat dipercepat dengan mendaki gunung, namun tidak pula dapat diperlambat
dengan tidak mendaki gunung..WauAllahhu Alam