Sabtu, 26 Februari 2011

Cuap_cuap...

Mr X : heee...Look this picture..


Mrs S : What do you think?
Mr X : ...**OOO::: She like you
Mrs S :..oww, thanks


"ULUwatu " di Gunungkidul (Ngobaran Beach)

     Uluwatu adalah nama sebuah pura di Bali yang berada atas bukit (tebing) dengan pemandangan laut yang sangat indah.  Selain pemadangannya  yang sungguh spektakuler, Uluwatu juga menyimpan sejarah Hindu yang sangat kental. Keunggulan pemandangan dan iklan pariwasta yang gencar membuat Uluwatu sangat terkenal dan menjadi tujuan utama wisata di Bali. Semua orang ingin kesana termasuk saya..tapi ternyata keindahan itu bisa kita nikmati tidak jauh dari Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Gunungkidul. Ya Gunungkidul selain terkenal dengan seribu Gunung juga bisa kita sebut  sebagai wilayah Seribu Pantai yang keindahannya tidak diragukan lagi. Hampir semua pantainya  yang berjejer dari ujung barat sampai timur berpasir putih dan masih terjaga kebersihannya. Jadi siapapun yang berkunjung kesana pastinya bakal puas dan ketagihan.
         Well kelemahan pada promosi pariwisata membuat pantai-pantai di Gunungkidul tidak banyak diketahui oleh wisatawan. Hanya beberapa pantai tertentu saja yang sangat terkenal dan berkembang karena jangkauan untuk menuju kesana lebih mudah seperti Baron, Krakal, dan Kukup. Walaupun begitu keunikan dan keindahan pantai lainnya tidak boleh dilupakan salah satu yang perlu di kunjungi adalah pantai Ngobaran. Seperti pada bagian awal tulisan ini saya mencoba untuk menyamakannya dengan Uluwatu, bukan membandingkan karena jelas kalah jauh dari segi pengembangan pariwitasanya seperti infrastruktur. aksesibilatas,dll. Tapi kalo pantai ini dikembangkan saya yakin 100% mampu lah bersaing.
Keindahan Pantai dengan air bening dan karang sayang bila tidak diabadikan

       Pantai ngobaran adalah pantai paling ujung barat di wilayah Gunungkidul (65 km dari Yogyakarta ) dan dapat dicapai dengan dari 2 jalur, yaitu jalur Selatan ( lewat parangtritris) dan  jalur utara (lewat pathuk).  Letaknya yang paling barat dan beda jalur dengan pantai (Baron, krakal,kukup) membuat pantai ini tidak setenar pantai-pantai lainnya di Gunungkidul. Walaupun begitu saya yang anak daerah ini sudah  2 kali berkunjung kesana. Pertama saat perpisahan SMA dan 2 tahun kemudian dengan teman-teman kuliah.   Kunjungann kedua ini yang akan saya ceritakan karena masih segar dalam ingatan.
     Pantai Ngobaran yang Berkarang
     Kunjungan kedua bersama teman kuliah ini dalam rangka mengisi liburan yang tertunda. Dikatakan tertunda karena diadakan setelah 2 minggu liburan semester usai. Tepatnya hari Selasa, 15 Februari 2011 sehari setelah masuk kuliah (senin).  Hari selasa adalah tanggal merah peringatan maulud Nabi Muhammad SAW, jadi dapat dipastikan teman-teman yang mudik sudah kembali semua dan kita dapat pergi bersama. Ok akhirnya terpilihlah pantai Ngobaran sebagai tujuan liburan kami. Kami berangkat pukul 09.30 dan jalur yang yang kami lewati adalah jalur selatan dengan jalan lebih ekstrim dibanding jalur utara, dan kami  sampai di NGobaran sekitar pukul 11.00.
     Sebelumnya kalau ingin masuk jangan sampai lupa bayar restribusi sebesar Rp. 1.500,00 per Orang..hemm Murah bukan?  restibusi ini untuk 3 pantai sekaligus yaitu Ngobaran, Nguyahan, dan Ngrenehan. Dari Restribusi kita harus melajutkan perjalanan lagi, di pertengahan akan ada cabang jalan yang bila lurus akan menuju pantai Ngobaran dan Nguyahan dan bila ke kiri ke Pantai Ngrenehan. Perjalanan kali ini kami hanya ke Pantai Ngobaran, tapi waktu jaman SMA sempat juga  ke Ngrenehan yang lebih cenderung seperti kampung nelayan karena banyak kapal dan kita disana bisa pesan Seafood segar yang harganya lebih murah dari pada di Pantai Ngobaran, kalo soal pemandangannya jauh  jelas lebih bagus pantai Ngobaran. ( alternatif : setelah capek jalan2 ke pantai Ngobaran makan ke pantai Ngrenehan ).  Pantai Ngobaran selain memiliki pemandangan yang indah juga kaya akan biota laut yang hidup di sela-sela karang. Air yang bening membuat berbagai hewan laut seperti bintang laut, cacing laut bulu babi ,dan ikan hias terlihat jelas.
Mencari Bintang Laut yang Bersembunyi diantara Karang

      Ternyata memang benar adanya kalau Pantai Ngobaran  keindahannya  tidak kalah dengan pantai Uluwatu di Bali. Disana kita akan langsung merasakan suasana Bali yang identik dengan pura, patung-patung, dan bunga Kamboja..Oya bau kemeyan juga ada...
Tangga Batu menuju Pantai Ngobaran yang Berkarang

        Kalau kita telusuri lebih lanjut ada 3 dataran pantai yang dapat kita nikmati. Pertama pantai berbentuk cekungan kecil yang dipingirnya terdapat masjid berlantai pasir yang menghadap ke selatan (saya kunjungi waktu SMA), kedua adalah pantai karang yang dapat kita capai dengan melewati sebuah pura kemudian  langsung turun lewat tangga (kunjungan bersama teman kuliah), dan terakhir adalah  Pantai pasir putih yang lebih luas  dari ke2 pantai sebelumnya (saat SMA). Pantai-pantai tersebut dibatasi oleh bukit kecil jadi kalo kita berkunjung kesalah satunya kadang sering lupa tidak mengunjungi yang lainnya karena tidak terlihat..emm mungkin karena terlanjur terbuai menikmati pemandangan pantai pertama jadi tidak perlu melihat yang lain. kasus  yang terjadi dalam kunjungan terakhir adalah kami tidak melihat semuanya karena sudah sangat kecapaian.hhhh ( alternatif : kalo pengen puas seharusnya tidak hanya berkunjung 1x atau menginap saja, tapi sayangnya tidak ada penginapan disana)
Foto bersama Setya, Budi Pekerti, dan Ngabekti

      Mengapa pantai ini saya sebut Uluwatu ? well karena disana ada sebuah peninggalan kerjaan Hindu berupa Pura yang  di dalamnya terdapat patung-patung berwarna putih. Patung-patung tersebut diberi plat nama seperti setya, budi pekerti, patuh, ngabekti, dan lain-lain.  bila kita melihat kearah barat maka kita melihat sebuah bukit yang diatasnya terdapat bangunan mirip Pure uluwatu di Bali .  Setelah main-main di pantai karang (pantai kedua) dan sholat dzuhur, saya dan teman-teman naik bukit berpura itu untuk menghapus rasa penasaran. Dan WaWuww pemandangannya indah banget..dan  anehnhya hanya rombongan kami yang naik  kesitu sehingga kami memuskan diri untuk berfoto-foto dan melakukan apapun sekehendak hati ..yy seperti teriak-teriak, atau sekedar nonton orang mandi di pantai (para cowok).

Pemandangan Pantai dilihat dari Gazebo

        Setelah naik kesana ternyata yang kami lihat seperti pura ternyata hanyalah sebuah bangunan calon pure yang belum jadi dan seperti terbengkalai. Bangunan itu lebih mirip pagar berpintu  yang tak beratap, di dalam pagar tersebut  terdapt 2 Gazebo beratap genting. Satu Gazebo menghadap pantai dan menurut saya disanalah tempat paling nyaman dan bagus untuk menikmati pemandangan seluruh pantai dibawahnya, sehingga hampir seluruh teman mengabadikan diri dengan berfoto ditempat tersebut.
 Bangunan Calon Pure yang ada di atas bukit (terlihat dari bawah)

       Kelelahan  menyerang kita semua karena terlalu banyak naik turun tangga dan perjalanan jauh jogja- Gunungkidul, dan kini kita siap pulang kembali..perjalan GK-jogja. Untuk perjalanan pulang kami ambil jalur utara lewat paliyan-playen-pathuk-bukit indah-jogja. Well pulang kos kehujanan dan sampai pukul 4.00 sore..badan pegal-pegal semua..!!

Rabu, 16 Februari 2011

SUku Baduy atau Kanekes

Rencanaya PKL Geografi Terpadu mau kemana?  pertanyaan tersebut selalu mengemuka ketika awal mulai semester 6. Ya tentu saja karena ini adalah PKL terakhir anak Pendidikan Geografi yang berarti kesempatan kita satu angkatan untuk bersama. Well dosen menyarankan untuk memilih diantara 3 tempat yaitu : Sawangan (Magelang)  dengan pertanian Organiknya, Boyolali dengan produksi susu perahnya, dan Banten dengan Suku Baduynya.  Akhirnya untuk sementara terpilihlah Banten sebagai tujuan PKL tahun ini. Selama ini kita hanya mendengar dan melihat dari tayangan di TV tentang suku baduy kan? so untuk menambah wawasan saya mengopy All about Suku baduy  dari http://www.swaberita.com terus saya posting ke Blog saya dengan tambahan pertanyaan-pertanyaan saya sendiri, Ya harap maklum karena saya memang belum paham mengenai mereka ...

1.  Apa dan Siapa suku Baduy?
Orang kanekes atau disebut juga Baduy, adalah suatu kelompok masyarakat dengan Adat sunda yang berlokasi di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Awal mula sebutan baduy tersebut adalah sebutan yang diberikan oleh penduduk luar, yang berawal dari peneliti Belanda yang menyamakan mereka dengan Badawi atau Bedouin Arab yang merupakan masyarakat yang nomaden (berpindah-pindah). Selain itu sebutan Baduy juga mungkin karena adanya sungai Baduy dan Gunung Baduy yang terdapat di wilayah utara. Namun suku Baduy sendiri lebih senang disebut dengan orang “kanekes”. Sesuai dengan nama wilayah mereka atau sesuai dengan kampung mereka.

2. Dimana Mereka Tinggal ?

Wilayah kanekes bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Tidak heran bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek Sunda-Banten. Namun mereka juga lancar menggunakan Bahasa Indonesia ketika berdialog dengan penduduk luar.

3. Apa beda Suku Baduy dalam deCiri ngan Baduy Luar?
Suku Baduy sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtupanamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam. Yaitu kelompok Baduy yang paling ketat mengikuti adat mereka. Terdapat tiga kampung pada kelompok Baduy dalam yaitu: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. khas orang Baduy Dalam adalah mereka mengenakan pakaian yang berwarna putih alami dan biru tua serta mengenakan ikat kepala putih. Kelompok yang kedua adalah Baduy Luar atau dikenal sebagai kelompok masyarakat panamping. Yang berciri mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Dan tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Lain halnya kelompok ketiga disebut dengan Baduy Dangka, mereka tinggal di luar wilayah Kanekes tidak seperti Baduy Dalam dan Luar. dan saat ini hanya 2 kampung yang tersisa yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).
4. Bagaimana sistem kepercayaan mereka?
Kepercayaan Suku Baduy atau masyarakat kanekes sendiri sering disebut dengan Sunda Wiwitan yang berdasarkan pada pemujaan nenek moyang (animisme), namun semakin berkembang dan dipengaruhi oleh agama lainnya seperti agama Islam, Budha dan Hindu. Namun inti dari kepercayaan itu sendiri ditunjukkan dengan ketentuan adat yang mutlak dengan adanya “pikukuh” ( kepatuhan) dengan konsep tidak ada perubahan sesedikit mungkin atau tanpa perubahan apapun.
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. masyarakatnya mengunjungi lokasi tersebut dan melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan kalima. Hanya ketua adat tertinggi puun dan rombongannya yang terpilih saja yang dapat mengikuti rombongan tersebut. Di daerah arca tersebut terdapat batu lumping yang dipercaya apa bila saat pemujaan batu tersebut terlihat penuh maka pertanda hujan akan banyak turun dan panen akan berhasil, dan begitu juga sebaliknya, jika kering atau berair keruh pertanda akan terjadi kegagalan pada panen.
5. Apa mata pencaharian Suku Baduy?
Mata pencaharian masyarakat Baduy adalah bertani dan menjual buah-buahan yang mereka dapatkan dari hutan. Selain itu Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan setahun sekali dengan mengantarkan hasil bumi kepada penguasa setempat yaitu Gubernur Banten. Dari hal tersebut terciptanya interaksi yang erat antara masyarakat Baduy dan penduduk luar. Ketika pekerjaan mereka diladang tidak mencukupi, orang Baduy biasanya berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan berjalan kaki, umumnya mereka berangkat dengan jumlah yang kecil antara 3 sampai 5 orang untuk mejual madu dan kerajinan tangan mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
 seorang pemuda suku Baduy Luar mengusung padi yang baru saja di panen
Perdagangan yang semula hanya dilakukan dengan barter kini sudah menggunakan mata uang rupiah. Orang baduy menjual hasil pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak.Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

Kamis, 10 Februari 2011

Riwayatku dulu semua mengenai Buku (SMP)


Kesukaanku akan membaca yang sudah ada sejak sekolah dasar berlanjut hingga SMP. Apalagi koleksi buku di perpustakan SMP lebih lengkap dan manejemen perpustakaan yang sudah bagus tambah membuatku menggandrungi buku. Penyakit membaca ini malah bisa dikatakan lebih akut dan sulit dihilangkan. Well, syukurlah ini bkan penyakit yang merugikan dan harus dihilangkan jadi tak perlu dikhawatirkan. Ya mengapa ini bisa disebut akut? Karena semua yang aku baca tanpa aku saring dan cerna lebih mendalam sangat mempengaruhi hidup masa SMPku. Dimana masa ketika itu pemikiran dan fisik baru  menuju kearah perubahan dari masa kanak-kanak ke remaja atau lebih tepatnya disebut Masa Transisi. Tapi menurut penelahanku dimasa sekarang masa transisiku sangat jauh berbeda dari yang dialami teman-teman sesusia.  Contohnya mereka menemukan hal-hal baru lewat cinta pertama dan hal-hal lain seperti berbuat sesuatu untuk menarik lawan jenis. Bukannya aku tidak mengalaminya tapi pengalaman dari sesuatu yang aku baca lebih mempengaruhiku ketika itu. Rasa suka pada sesorang mungkin aku pernah rasakan tapi aku mengabaikannya dan merasa hal itu tidak menarik....aku lebih suka berimajinasi. Dan sejujurnya yang paling aku Ingat pada masa SMP hingga sekarang adalah buku-buku yang aku  baca. Ya karena BUKU adalah ingatan paling berkesanku.
`           Seleraku akan buku bacaan berubah seiring waktu dan perubahan buku mempengauhi cara berfikirku. Beberapa tahap buku yang aku baca malah bisa aku kategorikan menjadi beberapa seperti: 
1.      Cerita Rakyat
Buku yang bertema cerita Rakyat ini Sebenarnya melanjutkan kegemaranku sejak SD. Jadi ketika aku lulus SD dan masuk SMP, hal yang pertama ketika di perpustakaan adalah meminjam dan membaca buku bertema cerita rakyat yang ternyata sangat banyak di Perpustakaan. Tapi ini hanya berlangsung sebentar ketika aku melihat ternyata banyak sekali jenis buku yang lebih menarik dan lebih membuka wawasan. Sejujurnya aku lupa buku bertema cerita rakyat ini mempengaruhi pemikiranku tentang apa. Sepertinya hanya mengasah imajinasi tapi belum membentuk imanjinasi tetap.
2.      Detektif Cilik
Seperti kebanyakan anak-anak pasti selalu mempunyai keinginan bisa melakukan sebuah pertulangan. Begitu pula aku yang suka berimajiansi ini, dan lewat buku detektif cilik macam 5 sekawan, Sapta siaga,  dan the Secred Seven karangan Enid Blyton, imjinasiku kian berkembang. Well sejak saat itu aku bercita-cita menjadi seorang detektif. Sebanarnya aku mulai mengenal pahalawan ciliku itu sudah sejak SD, tapi aku hanya mendengar lewat taman-teman SDku yang sudah membacanya dari pinjam kakaknya yang sudah SMP. Mereka dan aku berimajinasi bahwa kami yang terdiri dari 5 orang adalah 5 sekawan,..karena dalam buku Timmy adalah seekor anjing kami saling iri siapa yang jadi siapa. Ya waktu itu aku belum membacanya...dan tidak tahu apa sih ini? 


Hem ketika aku melihatnya buku-buku karangan Enid Bylton berjejer di rak perpus sekolah langsung aku serbu dan mulai mengerti apa yang sejak dulu telah aku lakukaan tersebut...Ketika itu SUNGUH AKU KEPENGEN JADI SEORANG DETEKTIF...,Dan saking kepengennya asa ini masih tersimpan hingga sekarang. kegemaran membaca buku detektif berlangsung hingga sekarang, dengan tema yang lebih berat seperti buku-buku karangan Agatha Christie dan Sherlock Holmes karya Arthur Conan Doyle
3.      Sastra ( NH Dini)
Aku menyukai semua buku detektif cilik, dan hampir setiap waktu peminjaman buku aku selalu pinjam (di perpus SMP peminjaman buku dijadwal sesuai kelas). Lama kelamaan buku nya habis juga dan hampir semua sudah kubaca. Bagaimana ini? Tentu saja aku beralih ke bacaan lain yang banyak tersedia di perpus. Seperti Sastra...hem berat juga, tapi apa boleh buat (ketika itu aku sudah kelas 2). Sastra yang paling aku ingat dan paling mempengaruhiku adalah karangan NH Dini. Judul-judul yang aku baca seperti padang ilalang di belakang rumah  berikut serinya, namaku Hiroko, keberangkatan, pertemuan dua hati, La Barka 


Buku yang paling berpengaruh adalah padang ilalang dibelakang rumahku berikut serinya karena buku ini menggambarkan kehidupan NH dini dari kecil hingga dewasa dan cocok dengan kondisiku waktu itu. Semuanya itu mebuatku bercita-cita menjadi pengarang dan ingin keluar negeri seperti sang Tokoh Dini. Dari situ aku juga mulai paham arti perjuangan, kesulitan hidup, dan pengorbanan. Buku ini benar-benar membuka wawasanku. Buku lainnya yang tak kalah berpengaruh adalah Namaku hiroko yang membuka wawasanku akan  dunia orang dewasa. Seharusnya aku tidak membaca buku ini karena banyak kata-kata vulgar didalamnya. Dan lucunya  aku perlihatkan pada teman-teman baik laki-laki maupun perempuan. Well semua baru...dan kami waktu itu sedang berusaha mencari tahu.
4.      WakTu Jeda
Kejadian sama juga terjadi ketika buku NH Dini  sudah aku baca semua, aku kebingungan mencari buku apa selanjutnya. Kehausanku akan buku bacaan harus terpenuhi...! ada buku-buku baru di rak belakang petugas perpus, tapi sayang belum boleh di pinjam...perlu waktu lama dan jeda tanpa buku favorit. Sehingga kalau tidak salah aku gunakan untuk baca-baca ensiklopedia yang ternyata menarik juga kalau di baca. Sekali-kali aku menemukan buku detektif cilik dan NH Dini terslempit diantara antara tumpukan buku-buku yang berdebu. Kadang aku menemukan buku favoritku sudah dalam keadaan tak karuan dan hilang halamannnya, tapi rasanya tetap menyenangkan sekali  ketika pencarian menuai hasil...aku jadi bisa baca buku di rumah. Sampai sekarangpun aku belum menamatkan Padang ilalang The series karena di perpus sekolah tidak ada. Sebenarnya waktu jeda ini mengaburkan ingatan masa laluku tentang waktu. Aku agak ragu mana yang lebih dulu menggemari  sastra atau detektif cilik atau ceria fiksi imajinasi. Tapi yang jelas kegemaranku itu terkotak-kotak.
5.      Fiksi imajinasi ( Harry Potter )
      bagiian ini agak panjang so aku tulis di  postingan yang berbeda...

Selasa, 01 Februari 2011

LIECHTENSTEIN

Kepangeranan Liechtenstein beribu kota Vaduz adalah sebuah negara kerajaan seluas kurang lebih 120 kilometer persegi yang terkurung daratan. Terletak di tepi timur Sungai Rhein di antara negara Austria dan Swiss, segala urusan luar negeri negara berbahasa Jerman ini diurus oleh Swiss. Liechtenstein terkenal pula dengan jasa perbankan dan mengandalkan pendapatan dari sektor pariwisata, terutama penjualan prangko.
Negara ini memang nyaris tak tercantum dalam peta dunia. Bahkan di peta Eropa hanya sebuah noktah kecil. Namun seluruh dunia memandangnya dengan takjub. Kagum pada keindahan dan kemakmuran negeri yang pernah menjadi bagian dari Provinsi Raetia, pada masa Imperium Romawi Kuno itu.
Bagi Eropa, Liechtenstein adalah sebuah negeri impian. Bukan melulu karena keindahan alam, tetapi juga tingkat kemakmuran, kesejahteraan, kenyamanan, ketenangan dan gaya hidup penduduknya yang elegan berbaur dengan nilai tradisional. Di negeri yang dipimpin oleh seorang pangeran ini, rakyatnya benar-benar merdeka. Tidak ada pengangguran, negerinya bebas dari ambisi politik, tidak ada pajak yang memberatkan, kriminalitas sangat minim (nyaris tak ada penjahat), dan rakyat hidup tenteram.
A. LIECHTENSTEIN DALAM CATATAN SEJARAH
Liechtenstein bukanlah negeri biasa. Catatan sejarah wilayah ini teramat panjang. Tercatat sejak 3.000 ribu tahun Sebelum Masehi sebagai wilayah berpenduduk tertutup. Orang-orang Pegunungan Alpen kuno sudah menempati wilayah tersebut sebelum Kekaisaran Romawi Kuno menjadikannya daerah taklukan.
Di masa kekuasaan Charlemagne (742-814), Raja Franks (suku Germanic Barat), negeri itu berada di bawah kekuasaannya. Namun pasca kematian Charlemagne selaku penguasa Eropa, wilayah tersebut terbagi dua negeri merdeka, Vaduz dan Schellenberg. Kedua negeri ini kemudian menjadi bagian Holy Roman Empire.
Lalu Johann Adam Liechtenstein, seorang pangeran asal Vienna, mencaplok Schellenberg (1699) dan Vaduz (1712). Kedua wilayah ini kemudian disatukannya, dan hingga kini pangeran yang menguasai Liechtenstein adalah keturunannya.
Secara historis, Liechtenstein menjadi negara merdeka sejak 1719, walau secara prinsip tercatat sejak berlakunya Treaty of Pressburg tahun 1806. Namun ketika Napoleon I (1769-1821) naik tahta selaku Kaisar Prancis, Liechtenstein tunduk di bawah kekuasaannya. Sampai akhirnya di tahun 1815, negeri itu bergabung dengan Konfederasi Jerman (persatuan negara-negara Jerman yang tetap independen). Konfederasi ini dibubarkan pada 1866 setelah berakhirnya Perang Tujuh Minggu (Seven Weeks’s War) atau disebut juga Perang Prusia.
Usai Perang Dunia I, akibat kehancuran ekonomi seusai perang, Liechtenstein mengikat kerja sama dengan Austria. Kemudian diperluas dengan Austria dan Hongaria. Lantas pada 1924, Liechtenstein kemudian setuju untuk berserikat secara ekonomi dengan Switzerland.
Selama Perang Dunia II, Liechtenstein tetap bersikap netral. Ia menjadi negara yang dititipi barang-barang berharga negara tetangga yang terlibat perang. Lantas selama Perang Dingin pasca PD II, negara ini memberikan suaka bagi sekitar lima ribu tentara First Russian National Army (gabungan tentara Rusia dan Jerman). Sebagai kenangan akan peristiwa ini, dibangun sebuah monumen di kota perbatasan Schellenberg. Namun urusan suaka ini tidak berbiaya murah. Sementara Liechtenstein hanyalah negara kecil.
Untuk mengatasi krisis ekonomi pasca perang, keluarga kerajaan menjual beberapa koleksi benda seni mereka dalam lelang internasional. Termasuk satu portrait "Ginevra de' Benci" karya Leonardo da Vinci, yang akhirnya dibeli National Gallery of Art of The United States pada 1967.
Namun Liechtenstein dengan cepat membangun perekonomian negerinya. Negara mungil ini memodernisasi ekonominya dan menetapkan pajak murah untuk dunia usaha di negerinya. Ia juga mengembangkan perindustrian di samping usaha agraria (peternakan dan pertanian) yang sebelumnya menjadi hasil utama negeri itu. Karl Schwarzler bersama warga Liechtenstein, pernah dianugerahi hadiah Nobel dalam bidang ekonomi (2003) pada keunikan kebijakan ekonominya.Pada 1991, Liechtenstein bergabung dengan European Free Trade Association (Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa).
Pangeran Liechtenstein tersohor dengan koleksi benda-benda seninya yang beragam dan langka. Ia menyimpan karya-karya seni itu di Vaduz Castle, termasuk karya masterpiece Pieter Bruegel The Elder, Sandro Botticelli, Rembrandt, and Peter Paul Rubens.
Dinasti pangeran Liechtenstein (kini di tangan Prince Hans-Adam II dengan kepala pemerintahannya Otmar Hasler) termasuk dalam daftar 10 kepala negara terkaya di dunia, dengan estimasi kekayaan tetap 4 miliar dolar AS. Dan hal itu juga berdampak pada penduduk negeri tersebut sebagai salah satu rakyat yang menikmati standar hidup tertinggi di dunia. Artinya sangat makmur!
B. LOKASI DAN UKURAN.
Kerajaan independen Liechtenstein terletak di pusat Eropa dan dibatasi di timur oleh Austria dan di selatan, barat, dan utara oleh Swiss. Ini adalah salah satu negara terkecil di dunia, dengan luas hanya 160 kilometer persegi (62 mil persegi). Panjang Liechtenstein adalah sekitar 25 kilometer (15,6 mil) dan Lebar 6 kilometer (3.75 mil). Wilayah total adalah sekitar 0,9 kali lebih besar dari Washington, DC. Wilayah tepi barat terletak di lembah Sungai Rhine dengan sepotong lahan datar sempit yang dapat ditanami. Sisa daerahnya terdiri dari kaki Pegunungan Alpen, yang ditutupi dengan hutan, bagian selatan merupakan daerah pegunungan tinggi dan terjal.
Bersama dengan Uzbekistan di Asia Tengah, Liechtenstein adalah salah satu dari negara-negara di dunia yang terkurung daratan (Negara yang terkunci). Ibukota dan pusat perkotaan utama, Vaduz, adalah sebuah kota kecil dengan penduduk sekitar 5.000 terletak di sebelah barat-tengah negara bagian di dekat Sungai Rhine.Politik Liechtenstein terjadi dalam kerangka parlementer demokrasi representatif monarki, dimana Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan, dan dari sistem multi partai, kekuasaaanya kuat meskipun masih terkonsentrasi dengan Pangeran. Pada tanggal 15 Agustus 2002, dalam Hari Nasional Alamat, Pangeran Hans-Adam II mengumumkan bahwa setelah berbulan-bulan perundingan dan perdebatan, reformasi konstitusi akhirnya telah dicapai. Pada 13 September, Perdana Menteri Otmar Hasler mengkonfirmasikan kepada Parlemen bahwa pemerintah menyusun rancangan undang-undang untuk DPR berdasarkan kompromi yang dicapai antara Pangeran dan Citizens 'Forum. Rancangan undang-undang, yang akan meningkatkan kekuasaan eksekutif raja, berjalan di depan Parlemen dan untuk pertama kali dibaca di bulan November.. Setelah disetujui oleh Parlemen, RUU ini kemudian dipresentasikan kepada para pemilih dalam referendum, dan disetujui oleh 64% melalui pemungutan suara pada16 Maret 2003.